10 November 2016
Menteri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa, menyebut pahlawan modern republik ini, tak lagi harus angkat senjata dan mengorbankan nyawa demi Indonesia. Sebab, tetap hidup dan berbahagia adalah satu dari sekian cara untuk menghormati mereka yang telah meninggal.
"Kalau dulu lebih pada patriotis defensif, sekarang lebih pada patriotis progresif karena kita punya kebutuhan untuk menyiapkan daya saing diri dan bangsa kita di antara bangsa-bangsa dunia maka perlu ada patriotis progresif," jelas Khofifah di sekitar Bundaran HI, Jakarta, Minggu (6/11/2016).
Khofifah, menyebut dalam mengisi hari pahlawan dan menghormati mereka, rakyat Indonesia harus menjaga kemerdekaan, menghormati perbedaan, dan saling bahu-membahu membangun bangsa. Untuk itu, selama tiga tahun ke belakang, Khofifah selalu mengundang tokoh-tokoh lintas agama setiap peringatan hari pahlawan.
"Tiga tahun yang lalu kita lakukan doa lintas agama di altar taman makan pahlawan. Hari ini kita sepakat melakukan doa lintas agama di dekat bundaran HI," kata Khofifah.
"Ini bagian dari ikhtiar dari kebersamaan warga bangsa, kebersamaan tokoh tokoh umat beragama di Indonesia, bahwa ada kebersamaan dalam persatuan dan ada persatuan dalam kebersamaan," tambah dia.
Untuk tahun ini, Kemensos memberikan gelar pahlawan pada satu orang yang masih dirahasiakan. Namun, keputusan pemberian gelar pahlawan itu sudah disetujui presiden
"Sudah ada keputusan presiden hari Jumat (4/11/2016) kemarin, yang terkonfirmasi kepada Kemensos itu satu yang ditandatangani Keppresnya oleh presiden, Insya Allah akan diberikan anugerah pahlawannya sebelum tanggal 10 ini," jelas dia.
Meski banyak dugaan mengarah pada Soeharto yang akan dijadikan pahlawan Nasional. Khofifah membantah.
"Bukan, bukan, bukan (Soeharto). Kami sudah dapat konfirmasi Keppresnya dan nomornya juga sudah, dan tahun ini sepertinya yang sudah ditandatangani presiden baru satu," ucap Khofifah.