Campursari 90 Jam Nonsetop, Seniman Tampil Sukarela untuk Menghormati Manthous

14 June 2016

Pentas seni campursari 90 jam nonsetop akhirnya digelar. Ditaksir perhelatan ini menelan biaya miliaran rupiah. Namun itu dapat dipangkas karena seluruh seniman yang hadir dengan sukarela.

Suasana berbeda terlihat di Alun-Alun Wonosari sejak Sabtu (21/5/2016) malam. Tak seperti biasanya, di ruang publik ini terdapat sebuah panggung besar, di mana di dalamnya terisi dua instrumen musik pengiring campursari.

Di panggung inilah ada sebuah mimpi besar untuk bisa memecahkan rekor Muri pentas campursari selama 90 jam non setop. Guna pemecahan menghadirkan 47 grup campursari dengan 500 penyanyi dan 700 musikus yang meramaikan acara yang berlangsung selama lima hari empat malam itu.

Setiap grup musik diberikan kesempatan untuk bermain selama dua jam. Acara ini hanya berhenti selama 15 menit saat memasuki waktu shalat. Hal itu dilakukan untuk menghormati warga yang ingin menjalankan ibadah. Saat rehat proses penghitungan akan dihentikan, dan baru dimulai lagi saat jeda waktu berakhir.

Kemeriahan acara sudah terlihat di awal pembukaan, sejumlah musikus ikut hadir seperti penyanyi keroncong ‘Si Walang Kekek’ Waldjinah, Ani Sunyahni hingga Cak Dikin yang juga merangkap sebagai ketua panitia.

Hadir pula mantan Menteri Pertahanan dan Panglima ABRI era Orde Baru, Wiranto. Di kesempatan itu, purnawirawan yang saat ini terjun ke dunia politik sebagai ketua umum partai menyumbang sebuah lagi berjudul Nyidam Sari.

Antusiasme di hari pembukaan ini berlanjut di hari kedua. Ratusan penonton memadati area alun-alun untuk menjadi saksi dalam upaya pemecahan ini. Bahkan pengunjung pun diberikan kesempatan untuk menyumbang lagu atau sekadar berjoget demi semaraknya acara.

Di kesempatan ini, Cak Dikin membagi-bagikan compact disc (CD) miliknya kepada dua warga yang ikut bernyanyi dan juga beberapa orang yang menjoget. “Ini untuk menyemarakan acara dan kondisinya sangat situasional,” kata Cak Dikin, Minggu (22/5/2016).

Bagi-bagi CD gratis ini bukanlah akhir dari pementasan. Pasalnya Cak Dikin telah menyiapkan sejumlah kejutan untuk warga yang hadir dan mau ikut berpartisipasi dalam pemecahan rekor ini. “Tunggu saja,” ungkapnya.

Gawean besar ini banyak manfaat yang dicapai ingin dicapai. Selain upaya pemecahan rekor, kegiatan itu juga sebagai bentuk penghargaan bagi maestro campursari almarhum Manthous. Penghargaan ini merupakan hal yang wajar, sebab selama hidupnya Manthous-lah yang mencetuskan ide dan memperkenalkan musik campursari.

“Acara ini juga sebagai ajang silahrutahmi antara pegiat campursari dari berbagai wilayah, karena yang hadir bukan hanya dari Gunungkidul saja,” kata Ketua Perwakilan Artis Campursari dari Boyolali, Joko Suryo.

Agenda yang melibatkan seribuan seniman ini diharapkan bisa memecahkan rekor pentas seni campursari yang dipegang Kodam IV Diponegoro, saat menggelar selama 73 jam nonsetop di Korem 074 Surakarta pada 2014 lalu. meski ada kesan megah dalam perhelatan ini, seluruh musisi dan penyanyi yang hadir tidak dibayar alias gratis.

Kehadiran mereka murni atas inisiatif dari masing-masing. Atas partisipasi itu, para seniman ini mendapatkan sebuah piagam penghargaan atas partisipasinya dalam pemecahan rekor Muri.

“Kami memang tidak dibayar, karena kesediaan hadir di sini karena untuk silahturahmi dan membantu dalam pemecahan rekor,” ungkap Joko.

 

Editor:  | dalam: Gunung Kidul |

http://www.harianjogja.com/baca/2016/05/23/pentas-seni-gunungkidul-campursari-90-jam-nonsetop-seniman-tampil-sukarela-untuk-menghormati-manthous-721918